Diabetes: Mula-mula satu tanda plus, selama 10 tahun pengobatan berubah menjadi empat tanda plus, coba kamu katakan setelah pengobatan jadi ringan atau tambah berat, serta apa masih bisa bertahan 10 tahun lagi.
Dokter sendiri darah tinggi 10 tahun, dokter sendiri tidak dapat obati dirinya, tapi bisa buka resep untuk pasien darah tinggi. Dokter sendiri diabetes 5 tahun, asam urat 8 tahun, membuka resep mengobati pasien sakit 1-2 tahun, apakah tidak lucu?
Gedung Rumah Sakit makin dibangun makin besar, pasien sakit makin hari makin banyak, apabila dokter dapat menyembuhkan pasien, seharusnya pasien makin hari makin sedikit.
Penderita kanker di operasi, radioterapi, kemoterapi, setelah 2-3 bulan mati, bahkan bangkrut melarat. Tidak masuk Rumah Sakit malah bisa hidup 2 tahun bahkan lebih lama, apakah itu prestasi medis atau hal yang menyedihkan?
Orang macam apa yang harus ke rumah sakit?
- Orang yang butuh pertolongan darurat;
- Orang yang butuh hemostasis darurat (menghentikan pendarahan);
- Orang yang patah tulang tangan/kaki;
- Ibu hamil yang akan melahirkan.
Bagi orang-orang selain diatas, asal mengatur mentalitas, gabung olahraga, ubah kebiasaan buruk, gizi seimbang, perawatan dengan herbal sudah cukup!
Kesimpulan: Manusia sudah kehilangan kendali di trek pemikian inersial:
Sakit, Makan obat, Ke dokter, Masuk RS, Pertolongan darurat, Jual rumah, Pinjam uang, Diobati sampai mati!
Mati dengan tenang, antar ke Krematorium.
Inilah kesedihan pola pikir inersial manusia!
Manusia adalah demikian galau tersesat !
Ingat: Kuncinya sehat panjang umur berada ditangan sendiri !
Perkataan tersebut sangat bagus, patut dibaca, patut direnungkan, kita harus belajar segala cara yang layak untuk melindungi, merawat kesehatan badan !
Kutipan klasik!Engkau sesungguhnya tidak sakit, hanya kebiasaan ke dokter periksa penyakit, otaknya berpenyakit.
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)”
(HR. Bukhari no.52 dan Muslim no.1599).
Tidak ada komentar